Ngobras Kementan: Hilirisasi Pertanian Kunci Sukses Tingkatkan Nilai Tambah Produk Hortikultura

JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Pusat Penyuluhan Pertanian terus meningkatkan kapasitas dan wawasan para penyuluh, pelaku usaha, serta pemangku kepentingan dalam mengembangkan strategi hilirisasi yang berdaya saing, berkelanjutan, dan berbasis inovasi teknologi.

Langkah nyata tersebut diwujudkan melalui kegiatan Ngobrol Asyik Penyuluhan (Ngobras) Volume 34 yang mengusung tema “Kunci Sukses Hilirisasi Pertanian Memberikan Nilai Tambah Produk Hortikultura”, pada Selasa (07/10/2025).

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa hilirisasi produk pertanian merupakan jalan cepat Indonesia untuk menjadi negara mandiri dan berpengaruh secara global, bahkan menjadi negara super power.

“Kekuatan sektor pertanian Indonesia tidak hanya terletak pada kemampuan memproduksi, tetapi juga pada menciptakan nilai tambah melalui pengolahan, inovasi, dan pengembangan industri hilir”, tegas Mentan Amran.

Kepala Badan PPSDMP Idha Widi Arsanti menyatakan bahwa peningkatan kualitas hasil pertanian dan ekonomi petani, sangat berkaitan dengan pengolahan hasil pertanian sebagai upaya untuk meningkatkan nilai tambah produk.

Sementara, Kepala Pusat Penyuluhan Pertanian, I Gst Made Ngr Kuswandana menambahkan bahwa dalam konteks hilirisasi, penyuluh memiliki peran strategis untuk mendorong petani agar tidak hanya fokus pada budidaya, tetapi juga memahami potensi nilai tambah dari hasil panen mereka.

Menurut narasumber Ngobras, Abdullah Dzikri yang merupakan Young Ambassador Agricultura Founder Inovasi Pangan Lestari Malang Jawa Timur menyampaikan bahwa rantai pertanian, mulai dari penyediaan sarana produksi, proses budidaya, sampai pasca panen dan pengolahan sebenarnya menyimpan potensi ekonomi yang besar jika dikelola dengan baik dan efisien.

Salah satu poin menarik yang dibahas adalah hilirisasi pertanian, yang dinilai jadi solusi nyata untuk memperpanjang umur simpan produk, menstabilkan harga, dan tentu saja meningkatkan pendapatan petani. Contohnya, ubi ungu bisa diolah menjadi keripik yang renyah, jamur kancing bisa di olah menjadi jamur blansing siap saji, atau jagung manis yang biasanya dijual segar, bisa dikembangkan menjadi produk siap santap.

Selain menambah nilai jual, hilirisasi juga bisa membuka peluang pasar yang lebih luas, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat ekonomi desa, jelas Abdullah.

Abdullah menambahkan jika yang paling menginspirasi adalah perjalanan usaha yang bermula dari seorang petani bawang merah biasa, kini sukses menjadi produsen keripik sayur dan buah dengan kapasitas produksi mencapai 8 ton per bulan dan melibatkan 50 tenaga kerja lokal.

Kunci suksesnya sederhana tapi kuat fokus pada kualitas bahan baku, pakai teknologi moderen seperti vacuum frying, disiplin mencatat keuangan, dan jeli memanfaatkan pemasaran digital lewat e-commerce serta kerja sama white label, jelas Abdulah.

Kisah ini menjadi bukti bahwa hilirisasi bukan hanya teori, tapi langkah nyata yang bisa dimulai dari Desa. Dengan semangat, kreativitas, dan kerja sama sehingga produk pertanian lokal bisa naik kelas dan bersaing di pasar yang lebih luas. Tak heran, banyak peserta Ngobras kali ini yang merasa termotivasi untuk mencoba mengembangkan produk olahan dari hasil pertaniannya sendiri. (HK/NF)